Siang Diperiksa Tentara, Malam Diperiksa GAM
Minggu, 15 November 2015
WAKIL Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK) menegaskan, merawat perdamaian adalah salah satu cara agar Aceh tak kembali kepada masa suram seperti saat kecamuk konflik. Menurut JK, usia 10 tahun perdamaian adalah masa-masa kritis. “Makanya semua pihak harus bekerja maksimal, menumbuhkan spirit demokrasi dan merawat perdamaian,” sebutnya saat menjadi keynote speaker pada peringatan 10 tahun perdamaian di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, sore kemarin.
Menurut JK, tak ada satupun yang ingin terus mengalami konflik termasuk masyarakat Aceh. Masyarakat Aceh sudah tak ingin lagi merasakan kondisi mencekam seperti dulu. “Coba diingat saat konflik, jam lapan malam semuanya sudah kembali ke rumah, kedai kopi pun cepat sekali tutup. Parahnya lagi, siang diperiksa tentara, malam diperiksa GAM, kiri-kanan pun ada pajaknya,” ujar JK disambut tepuk tangan audien.
Kemarin, JK juga mengisahkan bagaimana perjalanan panjang hingga terwujudnya perdamaian melalui MoU Helsini. Setidaknya, kata JK, ada beberapa kali upaya mewujudkan perdamaian antara Indonesia dan GAM. Pertama, saat Presiden Habibi meminta maaf secara konstitusional, kemudian Presiden Gus Dur memberikan otonomi khusus (otsus), dan perundingan CoHA (Cessation of Hostilities Agreement) di masa Megawati. “Kenapa baru Helsinki yang berhasil, karena perundingan itu kita bangun dengan trust dan guarantee trust (kepercayaan dan jaminan kepercayaan),” sebut JK.
Selain itu, perundingan berhasil karena antara Indonesia dan GAM saat itu benar-benar ingin mengakhiri pertikaian. JK juga mengaku, dalam perundingan selama hampir enam bulan, dirinya tak sekalipun bertatap muka dengan Malik Mahmud, Zaini Abdullah, dan tokoh GAM lainnya. “Saya hanya berkomunikasi via telepon, Pak Malek dan Pak Zaini saat itu telah sepakat untukdamai. Jika tidak, maka sulit juga dilaksanakan perundingan saat itu,” ungkap JK.
JK bercerita banyak soal perdamain dan konflik, termasuk ia mengatakan ada 15 konflik besar di Indoensia selama 70 tahun usia kemerdekaan. Aceh katanya salah konflik yang dipicu karena ketidakadilan yang disebabkan persoalan ekonomi.
Di akhir penjelasannya, JK mengatakan, ada empat hal penting terwujudnya perdamaian di Aceh. Pertama adanya keinginan semua pihak termasuk masyarakat untuk menyudahi perang. Kedua, adanya framework (kerangka kerja) yang bagus, ketiga strong leadership (kepemimpinan yang kuat) di kedua belah pihak, terakhir karena semua pihak adalah orang yang memiliki martabat.(dan)
Menurut JK, tak ada satupun yang ingin terus mengalami konflik termasuk masyarakat Aceh. Masyarakat Aceh sudah tak ingin lagi merasakan kondisi mencekam seperti dulu. “Coba diingat saat konflik, jam lapan malam semuanya sudah kembali ke rumah, kedai kopi pun cepat sekali tutup. Parahnya lagi, siang diperiksa tentara, malam diperiksa GAM, kiri-kanan pun ada pajaknya,” ujar JK disambut tepuk tangan audien.
Kemarin, JK juga mengisahkan bagaimana perjalanan panjang hingga terwujudnya perdamaian melalui MoU Helsini. Setidaknya, kata JK, ada beberapa kali upaya mewujudkan perdamaian antara Indonesia dan GAM. Pertama, saat Presiden Habibi meminta maaf secara konstitusional, kemudian Presiden Gus Dur memberikan otonomi khusus (otsus), dan perundingan CoHA (Cessation of Hostilities Agreement) di masa Megawati. “Kenapa baru Helsinki yang berhasil, karena perundingan itu kita bangun dengan trust dan guarantee trust (kepercayaan dan jaminan kepercayaan),” sebut JK.
Selain itu, perundingan berhasil karena antara Indonesia dan GAM saat itu benar-benar ingin mengakhiri pertikaian. JK juga mengaku, dalam perundingan selama hampir enam bulan, dirinya tak sekalipun bertatap muka dengan Malik Mahmud, Zaini Abdullah, dan tokoh GAM lainnya. “Saya hanya berkomunikasi via telepon, Pak Malek dan Pak Zaini saat itu telah sepakat untukdamai. Jika tidak, maka sulit juga dilaksanakan perundingan saat itu,” ungkap JK.
JK bercerita banyak soal perdamain dan konflik, termasuk ia mengatakan ada 15 konflik besar di Indoensia selama 70 tahun usia kemerdekaan. Aceh katanya salah konflik yang dipicu karena ketidakadilan yang disebabkan persoalan ekonomi.
Di akhir penjelasannya, JK mengatakan, ada empat hal penting terwujudnya perdamaian di Aceh. Pertama adanya keinginan semua pihak termasuk masyarakat untuk menyudahi perang. Kedua, adanya framework (kerangka kerja) yang bagus, ketiga strong leadership (kepemimpinan yang kuat) di kedua belah pihak, terakhir karena semua pihak adalah orang yang memiliki martabat.(dan)
Sumber Berita: Serambi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar